How To Be A Good Doctor

Selasa, 14 September 2010

Pendapatan dan Perilaku Dokter Spesialis

Saat ini dokter spesialis (dsp) di rumahsakit Indonesia mempunyai sistem pembayaran yang dinilai sebagai Earning at Risk, yaitu gaji pokok seorang dsp berada jauh di bawah gaji pokok dsp internasional.
  • Dsp PNS + Swasta: gaji pokok sedikit lebih besar dari model 1, karena posisi dsp ini di RS swasta hanya dokter tamu yang tidak mendapatkan gaji (yang diterima hanya uang transport). Insentif yang diterima pun dapat tak terbatas tergantung dari jumlah pasien.
  • Dsp Swasta: gaji yang diterima cukup besar tetapi masih dibawah standar internasional, ditambah dengan insentif yang juga dapat tak terbatas.
  • Dsp Pertamedika: adalah dsp yang paling beruntung di Indonesia, sudah terima gaji besar (sedikit di bawah standar internasional) ditambah dengan insentif yang juga sangat besar sehingga take home pay menjadi luar biasa. Hal ini harus segera diperbaiki karena cepat atau lambat perusahaan akan terus digerogoti secara finansial. Insentif yang tidak terbatas menyerupai penghargaan untuk seniman atau olahragawan yang superstar. Akibat dari tidak terbatasnya insentif akan menyebabkan kesulitan dalam perencanaan karena tidak ada standar pendapatan. Selain itu, perbedaan antara seorang dokter berpendapatan tinggi dan dokter berpendapatan rendah akan menjadi besar.
  • Dsp Malaysia: Ini adalah model ideal dalam penerapan keseimbangan antara gaji dan insentif. Di Malaysia gaji dsp ditetapkan langsung oleh pemerintah, sehingga tidak ada perbedaan antar dsp satu dengan lainnya. Begitu juga dengan insentifnya, dibatasi dengan batasan maksimal. Dsp tidak lagi "mengejar setoran" seperti yang lazim di Indonesia. Setiap dsp dibatasi (jumlah) dalam menangani pasien, sehingga kualitas pelayanan dan komunikasi dokter dapat terjaga. Setiap pasien mendapat perhatian optimal dari dsp yang merawatnya.
Digali dari berbagai sumber: dr. Pramadhya Bachtiar, M.Kes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar